Kebocoran Tersembunyi: Aliran Gas Alam Terungkap di Lepas Pantai Greenland

27

Sebuah studi baru mengungkapkan kebocoran minyak dan gas alam yang signifikan di sepanjang landas kontinen di Greenland Timur Laut—sebuah wilayah yang sebagian besar belum dijelajahi hingga saat ini. Penemuan ini, yang dipimpin oleh peneliti Christoph Böttner dari Universitas Aarhus, menyoroti aspek penting namun sering diabaikan dari ekosistem Arktik dalam menghadapi kondisi iklim yang berubah dengan cepat.

Meskipun penelitian sebelumnya telah mengisyaratkan adanya rembesan alami, penelitian ini memberikan peta komprehensif pertama mengenai kebocoran minyak dan gas di lepas pantai Timur Laut Greenland. Ini menggabungkan data dari ekspedisi akademis baru-baru ini dengan catatan geologi berharga yang dikumpulkan selama eksplorasi industri di masa lalu. Pendekatan terpadu ini memungkinkan para peneliti untuk menelusuri jalur rumit yang dilalui gas saat mereka melakukan perjalanan dari reservoir bawah tanah melalui sedimen hingga ke dasar laut.

“Kekayaan informasi ini memberi kita gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana emisi metana alami berkontribusi terhadap siklus karbon Arktik,” jelas Böttner. “Kami sekarang dapat membedakan dengan lebih baik antara rembesan kuno yang telah bertahan selama ribuan tahun dan potensi peningkatan emisi yang disebabkan oleh perubahan iklim dan pemanasan laut.”

Mengapa Greenland Timur Laut Penting

Pemilihan wilayah terpencil dan dingin ini untuk dipelajari dilakukan dengan sengaja. Greenland Timur Laut masih menjadi salah satu sudut bumi yang paling jarang dijelajahi dan paling sulit diakses, namun merupakan contoh utama bagaimana Arktik bertransformasi akibat perubahan iklim. Hal ini menjadikannya laboratorium alam yang sangat berharga untuk memahami pola jangka panjang dan potensi dampak metana dan rembesan minyak di masa depan terhadap lingkungan sensitif ini.

“Greenland Timur Laut memainkan peran penting dalam pemahaman kita tentang penelitian iklim dan siklus karbon global,” kata Profesor Marit-Solveig Seidenkrantz, salah satu penulis studi dari Aarhus University. Dia menekankan bahwa kebocoran ini tidak hanya berdampak pada aliran karbon di atmosfer dan lautan; mereka juga secara langsung mempengaruhi kehidupan laut—mulai dari organisme mikroskopis hingga makhluk lebih besar yang beradaptasi di perairan Arktik.

Gas Hidrat: Bom Waktu?

Tim peneliti menemukan bukti adanya gas hidrat di landas kontinen yang mengelilingi Greenland. Struktur unik ini menyerupai es tetapi terbentuk dari molekul air yang terikat dengan gas alam yang terperangkap di bawah tekanan besar dan suhu beku di dalam sedimen dasar laut.

“Temuan kami memberikan dokumentasi pertama mengenai gas hidrat di area ini,” jelas Frank Werner Jakobsen, rekan penulis dari UiT The Arctic University of Norwegia. “Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa pencairan lapisan es dan kenaikan suhu laut dapat mengganggu kestabilan hidrat, sehingga menyebabkan percepatan pelepasan gas rumah kaca ke atmosfer.”

Sejarah Panjang, Masa Depan Tidak Pasti

Para peneliti memperkirakan bahwa antara 677 juta hingga 1,46 miliar metrik ton gas—setara dengan sekitar setengah miliar hingga lebih dari satu miliar metrik ton karbon—telah merembes ke laut sejak lapisan es besar menyusut sekitar 15.000 tahun yang lalu. Hal ini menggarisbawahi sifat kebocoran hidrokarbon alami yang sudah berlangsung lama di wilayah ini.

Namun, perubahan iklim mempercepat pemanasan Arktik pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga berpotensi meningkatkan pelepasan karbon dioksida di masa depan. Böttner menekankan pentingnya memahami tingkat rembesan saat ini untuk memprediksi secara akurat evolusinya di bawah perubahan iklim: “Kita memerlukan data dasar ini sekarang karena kita melihat perubahan yang begitu cepat, dan tanpa data tersebut, kemampuan kita untuk membuat model skenario masa depan menjadi terbatas.”

Studi ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk memasukkan temuan-temuan ini ke dalam model iklim yang digunakan untuk memproyeksikan tren pemanasan global di masa depan. Hal ini menjadi pengingat yang kuat bahwa meskipun proses alami seperti rembesan telah membentuk Arktik selama ribuan tahun, perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia menambah lapisan baru yang kompleks pada sistem dinamis ini.