Jamur Perkotaan Menunjukkan Tanda-tanda Beradaptasi terhadap Panas

16

Sebuah studi baru dari Universitas Johns Hopkins menunjukkan bahwa spesies jamur yang umum hidup di perkotaan berevolusi untuk mentoleransi suhu yang lebih tinggi, meningkatkan kekhawatiran tentang potensi munculnya patogen penyebab penyakit baru. Penelitian yang dipublikasikan di ISME Communications ini meneliti populasi jamur di Baltimore dan menemukan bahwa jamur yang tinggal di daerah hangat menunjukkan ciri-ciri yang terkait dengan adaptasi terhadap panas.

Risiko Jamur yang Beradaptasi Panas

Jamur, biasanya jamur dan khamir, umumnya berjuang untuk bertahan hidup pada suhu yang mendekati suhu tubuh manusia. Namun, para ilmuwan semakin khawatir bahwa perubahan iklim dapat mendorong spesies jamur beradaptasi terhadap kenaikan suhu, sehingga berpotensi menimbulkan ancaman baru terhadap kesehatan manusia. Candida auris, jamur yang resistan terhadap berbagai obat dan bertanggung jawab atas ribuan infeksi setiap tahunnya, merupakan contoh dari risiko ini. Peneliti seperti Arturo Casadevall, penulis senior studi tersebut, telah mengusulkan bahwa C. Toleransi panas yang tidak biasa pada auris mungkin telah berkembang relatif baru, dan berpotensi terkait dengan pemanasan global.

Studi Baltimore: Menemukan Adaptasi di Kota

Kota-kota sangat rentan terhadap cuaca panas yang ekstrim, sehingga mendorong para peneliti untuk menyelidiki apakah jamur perkotaan menunjukkan tanda-tanda beradaptasi dengan kondisi yang lebih hangat. Untuk melakukannya, mereka menggunakan metode unik: permen lengket seperti gula-gula untuk mengumpulkan mikroba langsung dari trotoar di empat lokasi di Baltimore yang mewakili rentang suhu berbeda: hangat, di atas rata-rata, rata-rata, dan sejuk.

Temuan mengungkapkan bahwa spesies jamur yang dikumpulkan dari lokasi terpanas menunjukkan pigmentasi lebih terang dibandingkan dengan spesies jamur dari lokasi lebih dingin. Pigmentasi yang lebih ringan ini dianggap membantu mencegah panas berlebih dan menunjukkan kemungkinan adaptasi terhadap lingkungan yang lebih hangat.

Eksperimen laboratorium lebih lanjut mengkonfirmasi pengamatan ini. Spesies jamur dari lokasi yang lebih hangat menunjukkan ketahanan panas yang lebih besar ketika terkena suhu tinggi dibandingkan dengan spesies jamur dari lokasi yang lebih dingin.

Temuan Utama & Spesies yang Menjadi Perhatian

Studi ini mengidentifikasi korelasi yang signifikan antara suhu lokasi dan adaptasi jamur. Jamur dan ragi dari tempat yang paling hangat menyerap lebih sedikit panas secara eksperimental—dan memiliki pigmentasi yang jauh lebih sedikit—dibandingkan dengan jamur dan ragi yang berasal dari tempat yang paling dingin. Beberapa spesies jamur dari daerah hangat juga menunjukkan peningkatan kelangsungan hidup setelah paparan panas.

Temuan penting termasuk:

  • Rhodotorula mucilaginosa: Ragi lingkungan yang umum namun jarang menjadi patogen bagi manusia, lebih mampu bertahan setelah terpapar panas ketika diisolasi dari tempat yang paling hangat.
  • Cystobasidium minutum: Jamur yang diisolasi dari trotoar bersuhu 38,4°C (101°F), menunjukkan ketahanan tertinggi terhadap tekanan panas dan bahkan tumbuh pada suhu 37°C (98,6°F)—suhu tubuh manusia.

Penelitian dan Implikasinya di Masa Depan

Peneliti mengharapkan hasil serupa dari penelitian yang dilakukan di kota lain. Namun, mereka menekankan bahwa penyelidikan lebih lanjut diperlukan, mengingat adanya keterbatasan seperti variasi paparan sinar matahari, lalu lintas pejalan kaki, dan satwa liar.

“Temuan ini menunjukkan bahwa suhu tinggi di lingkungan perkotaan dapat mendorong spesies jamur mengembangkan adaptasi terhadap panas, sehingga berpotensi membuat mereka lebih mungkin menyebabkan infeksi pada manusia,” kata Daniel Smith, penulis pertama dan mahasiswa pascadoktoral.

Pada akhirnya, penelitian ini menyoroti potensi jamur untuk berevolusi dengan cepat sebagai respons terhadap perubahan lingkungan dan menggarisbawahi perlunya penelitian berkelanjutan mengenai bagaimana ekosistem perkotaan membentuk evolusi patogen jamur. Ini hanyalah data awal, namun merupakan langkah pertama yang penting menuju pemahaman dan mitigasi risiko infeksi jamur akibat adaptasi panas di dunia yang memanas.